RESPON MASYARAKAT NON-HINDU TERHADAP PELAKSANAAN RITUAL TAWUR KESANGA DI TUGU ADIPURA KOTA BANDAR LAMPUNG
Abstract
Abstrak: Konsekuensi dari masyarakat heterogen (majemuk) adalah menghargai pluralisme sebagai konsep bersama yang harus dipedomani dalam kehidupan bermasyarakat, berbangsa dan bernegara. Makna pluralisme bagi umat Hindu di Kota Bandar Lampung terimplementasi dalam kegiatan Ritual Tawur Kesanga yang dilaksanakan sehari sebelum hari raya Nyepi, tepatnya pada hari Sabtu tanggal 4 Maret 2011, yang menjadi momentum penting yang harus dilestarikan dan dikembangkan sebagai media kulturasi budaya Bali yang terkesan masih asing bagi umat lain. Hal ini terbukti ketika Ritual Tawur Kesanga yang disertai dengan atraksi ogoh-ogoh dilaksanakan di pusat kota Bandar Lampung, ribuan masyarakat non-Hindu menonton, acara ritual yang dilaksanakan itu, lalu bertanya “acara apa itu”, yang lain spontan menjawab “orang Bali lagi ngarak dewanya”. Jawaban bernada datar itu sangat wajar keluar dari orang-orang yang belum pernah melihat ogoh-ogoh, disamping itu acara tawur kesanga di pusat kota ini baru pertama kali dilaksanakan oleh umat Hindu di Kota Bandar Lampung. Fenomena budaya ini menarik untuk diteliti, dengan maksud untuk meninjau apakah pelaksanaan Ritual Tawur Kesanga membawa dampak sosiologis yang bersifat positif atau sebaliknya. Muncul kekhawatiran di kalangan umat Hindu terhadap resistensi masyarakat non-Hindu terhadap pelaksanaan Ritual Tawur Kesanga di pusat Kota. Hasil penelitian ini dapat dijadikan sebagai bahan masukan bagi Parisada Provinsi Lampung untuk menentukan langkah-langkah konsepsional dalam proses kulturasi budaya Bali dan budaya beragama di Kota Bandar Lampung. Metode deskriptif kualitatif diterapkan dalam penelitian ini, data diperoleh dari hasil observasi, wawancara partisipatif dan dokumentasi. Tanggapan, pernyataan, dan saran diperoleh para responden tokoh penting yaitu Walikota Bandar Lampung, Kepala Dinas Pariwisata Kota Bandar Lampung, tokoh agama Hindu, tokoh masyarakat non-Hindu dan tokoh organisasi non-Hindu di Kota Bandar Lampung. Dari hasil penelitian ini beberapa kesimpulan yang dapat di tarik adalah: 1) Kekhawatiran para tokoh Agama Hindu terhadap adanya resistensi dari warga masyarakat non-Hindu (lokal) dalam pelaksanaan Ritual Tawur Kesanga ternyata tidak terbukti, sampai saat ini Ritual Tawur Kesanga dilaksanakan sudah yang ke-4 kali. 2) Respon masyarakat terhadap kegiatan Ritual Tawur Kesanga sangat positif. Walikota dan Kadis Pariwisata sangat mendukung kegiatan Ritual Tawur Kesanga yang dilakukan oleh umat Hindu, kemudian arak-arakan ogoh-ogoh dijadikan sebagai pawai seni budaya oleh pemerintah daerah.
Kata Kunci: Tawur Kesanga, Publikasi dan Kulturasi, Budaya Beragama